Monday, October 17, 2011

Lahirnya Psikologi Sebagai Ilmu

Sejarah pencarian manusia terhadap hakikat jiwa akhirnya bermuara pada Wilhelm Wundt (1832-1920), seorang dokter, sekaligus sosiolog, ahli hukum dan filsuf, yang pada tahun 1879 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig. Sebagai filsuf ia tidak puas dengan eksperimen-eksperimen di laboratorium faal, sementara sebagai dokter ia ingin agar psikologi bersifat empiris dan induktif. Karena itu psikologi harus bisa dieksperimenkan di laboratorium. Maka lahirlah laboratorium psikologi yang pertama yang pada awalnya dipergunakan untuk menyelidiki persepsi dengan menggunakan metode introspeksi.

Salah satu terobosan yang diperkenalkan Wundt adalah memperkenalkan psikologi sebagai ilmu tentang perilaku, bukan lagi ilmu jiwa, karena perilaku lebih kongkrit dan lebih empirik dari pada jiwa, tetapi juga bukan sebagai ilmu tentang syaraf dan reflex. Tetapi kemudian timbul lagi perdebatan tentang apa yang dimaksud dengan perilaku itu. Sebagian pakar, termasuk penganjur behaviorism di AS, seperti John B. Watson (1878-1958) dan B.F. Skinner (1904-1990) hanya mau mempelajari perilaku yang kasat mata (overt). Dengan mengikuti teori Pavlov, golongan ini percaya bahwa semua perilaku bisa diukur dan dikondisikan, sehingga tidak perlu lagi mempelajari jiwa yang abstrak (apalagi jiwa dalam pengertian Psiko-analisis). Di sisi lain, penganut Psikoanalisis (Sigmund Freud dan kawan-kawan, antara lain Carl Gustav Jung, 1875-1961) percaya pada adanya alam ketidaksadaran pada bagian jiwa yang paling dalam yang juga berperilaku (covert).

Tokoh-tokoh lain baik di Eropa maupun AS, tidak percaya pada alam ketidaksadaran, akan tetapi mereka yakin akan adanya kesadaran. Mereka ini menganut Descartes dan dikenal sebagai aliran Psikologi Kognitif (kesadaran) yang mempelajari dan mengukur hal-hal yang ada dalam kesadaran seperti sikap, prasangka, konflik, dan sebagainya. Penganjur-penganjurnya antara lain adalah pakar-pakar psikologi masa kini di AS, antara lain Leon Festinger dan Fishbein.

No comments:

Post a Comment