Monday, October 17, 2011

Pemikiran Islam

Pada masa Eropa sedang mengalami pergulatan melawan dominasi gereja, di kalangan pemikir-pemikir Islam juga timbul upaya untuk mengidentifikasi hakikat jiwa. Sebagaimana halnya dengan Kristen, Islam pun menyebutkan secara eksplisit bahwa jiwa atau roh itu adalah urusan Allah SWT. Yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali hanya oleh-Nya (QS. 17: 85). Akan tetapi ahli tafsir Muhamad Husin Thabathaba'i, seperti halnya Thomas Aquinas, membedakan roh (ar-ruh yang artinya: angin, nafas) dengan jiwa yang diartikannya sebagai aku. aku (an-nafs) bukan tubuh dan bukan pula komponen-komponennya, karena aku merupakan totalitas yang tidak bisa dibagi-bagi. aku inilah yang beraktivitas, yang merasa, yang gelisah dan tenang, yang nantinya akan kembali kepada Tuhan sebagai roh. Karena itu, aku bisa dipelajari.

Seperti sudah dikatakan di atas, upaya mempelajari jiwa dilakukan antara lain oleh Ibnu Sina dan Al Ghazali, yang membedakan 3 jenis an-nafs (jiwa) seperti halnya Aristoteles. Sina dan Ghazali mengatakan bahwa sebelum masuk ke dalam tubuh, jiwa itu dinamakan roh, sedangkan setelah masuk ke dalam tubuh dinamakannya nafs.

Selanjutnya Ghazali mengartikan nafs dalam arti khusus dan arti umum. Dalam arti khusus, nafs berarti nafsu negatif yang harus dihindari sedangkan dalam arti umum nafs adalah hakikat manusia itu sendiri (an-nafs an-natiqah). Selain itu manusia juga mempunyai kalbu (al-qalb) yang fungsinya adalah untuk menangkap hal-hal yang bersifat ilahi (jiwa harus bersih untuk bisa memfungsikan kalbu ini) dan rasio atau akal (al-aql) untuk menangkap hal-hal yang lahiriah (termasuk ilmiah).

No comments:

Post a Comment